But anyway.
Aku menulis kembali. Ada calon naskah novel lama yang waktu itu kedelete karena flashdisk-ku error. Ide itu mengetuk pintu kamarku malam-malam seperti hantu dari masa lalu terus dia berbisik di telingaku "LET ME IN DINI LET ME IN". So I did. Dan aku membuat karakter baru dari awal lagi, setting baru, dan semuanya baru kecuali ceritanya, pada dasarnya. Dan sekarang aku punya writing source baru.
Ini dan ini. Aku suka Write World sama Yeah Write, jadi setiap hari mereka ngepost prompt. Kalau dari Write World bisa dari bentuk gambar, lagu, atau kalimat, sementara Yeah Write kalogasalah sih cuma gambar doang. Kita harus ngebikin karya--bisa puisi atau cerpen, sesuai dengan prompt yang dikasih itu. Karena aku bingung mau ngapain, aku main ke Write World, terus aku nemu prompt gambar gurun pasir. Nasib prompt itu apes bener terakhirnya jadi puisi galau.
The thing is, untuk pertama kalinya dalam berminggu-minggu (atau berbulan-bulan?) aku ngerasa hidup. Beberapa minggu (ATAU BULAN??) terakhir ini aku ngerasa jadi zombie (atau walker, menurut kamus Walking Dead. Aku dipaksa Vira nonton Walking Dead, waktu itu dia udah mencekokiku dengan season pertama, dan akhirnya aku ngelanjutin nonton season 2 di Sidereel. Nyesek banget euy) banget.
Kayaknya hidup itu cuma sebuah never ending cycle. Bangun, ke sekolah, pulang, main Tumblr, ngerjain PR, tidur, dan cycle itu pun terulang lagi. Setiap hari Senin aku terbangun dan bilang "wah udah hari Senin lagi ya." Lalu aku cuma melakukan cycle itu sampai hari Sabtu lagi. Itu kenapa aku selalu mengeluh kalo hari Senin seakan-akan aku kambing yang mau dikurban. Aku ga mau terus menerus menyia-nyiakan hidupku dengan tenggelam dalam rutinitas yang membunuh kita perlahan itu. Aku serasa ga punya tujuan hidup. Mungkin dari luar aku tampak normal (nggak senormal itu juga sih) tapi di dalam diriku ada sesuatu yang pecah berkeping-keping (as cliche as it sounds). Hampa. Aku merasakannya.
Setelah lama vakum menulis kecuali nulis jurnal dan coretan-coretan gaje serta never ending rants di notebook My Melody-ku yang beli di Indomaret yang udah mau penuh itu, akhirnya aku menulis lagi. Menulis selalu membuatku tersenyum, dan baru sekarang aku bener-bener menghargai perlindungan yang ditawarkan oleh dunia menulis. Rasanya aman kalau berada di dalam duniaku sendiri. Paling nggak aku tahu kalau setiap detik yang kuhabiskan di duniaku nggak bakal sia-sia. Paling nggak aku masih punya masa depan selama aku menikmati menulis
Oke ini apadeh sok-sok mellow kaya gini.
Dan kali ini aku bener-bener menciptakan karakternya dari awal, thanks to Writeworld. Seru banget menciptakan karakter itu, kayak lagi main The Sims. Bedanya, aku merasakan koneksi yang lebih dalam dengan karakterku. Serasa kayak merawat anak. Atau menjadi Tuhan yang merencanakan jalan hidup umat-umat-Nya? Karena aku selalu penasaran gimana rasanya menjadi Tuhan.
Oke ini apadeh sok-sok mellow kaya gini.
Dan kali ini aku bener-bener menciptakan karakternya dari awal, thanks to Writeworld. Seru banget menciptakan karakter itu, kayak lagi main The Sims. Bedanya, aku merasakan koneksi yang lebih dalam dengan karakterku. Serasa kayak merawat anak. Atau menjadi Tuhan yang merencanakan jalan hidup umat-umat-Nya? Karena aku selalu penasaran gimana rasanya menjadi Tuhan.