Pages

5.25.2012

rule #1 on writing.





Jangan pertanyakan apa yang kamu tulis. Biar jelek, biar aneh, atau gajelas. Inget-inget lagi kenapa kamu nulis pada awalnya. Apa yang ngedorong kamu menghidupkan cerita itu ke dalam lembaran kertas atau file di Microsoft Word. Kenang lagi perasaan ketika otakmu berhenti bekerja dalam sedetik karena mengalami serangan ide cerita. Paragraf-paragraf yang bikin kamu tersenyum dan menangis. 

Coba pikir lagi: Jadi kamu bakal lanjutin cerita itu? Atau ngebiarin dia terlantar begitu aja, nggak keurus?

Apapun yang kamu pilih, semoga itu jadi yang terbaik buat tulisanmu, dan tokoh-tokoh di dalamnya. Dan orang-orang yang berharap membaca tulisanmu yang baru. Dan kamu. :)

5.13.2012

Film lama paling keren: Dead Poets Society

Kehadiran HBO di rumah gue bener-bener suatu mukjizat. *orang gapernah punya TV* Kenapa? Karena gue suka nonton film dan channel TV semacam HBO nayanginnya film melulu. Jadi deh tuh movie marathon berjam-jam. Apalagi kalo hari libur. APALAGI kalo lagi libur panjang. Gak perlu ngeborong DVD bajakan ke Glodok lagi lah~

Jadi waktu itu aku nonton film Dead Poets Society. Pertama-tama di HBO tapi baru nyadar ternyata punya bajakannya juga yah... #GlodokNeverDies

No matter what anybody tells you, words and ideas can change the world.


We don't read and write poetry because it's cute. We read and write poetry because we are members of the human race. And the human race is filled with passion. And medicine, law, business, engineering, these are noble pursuits and necessary to sustain life. But poetry, beauty, romance, love, these are what we stay alive for. To quote from Whitman, "O me! O life!... of the questions of these recurring; of the endless trains of the faithless... of cities filled with the foolish; what good amid these, O me, O life?" Answer. That you are here - that life exists, and identity; that the powerful play goes on and you may contribute a verse. That the powerful play goes on and you may contribute a verse. What will your verse be?  -both from John Keating, Dead Poets Society

Satu kata tentang film itu: KEREN. Dua kata tentang film itu: KEREN BANGET.

Ada guru bahasa Inggris yang baru mengajar di Hellton Welton, dengan metode mengajar yang menarik banget. Namanya Mr. Keating. Orangnya suka bercanda dan nggak kaku banget. Misalnya, pada hari kedua mereka belajar, dia nyuruh anak-anaknya untuk merobek halaman Kata Pengantar. Iya, kayaknya diseluruh buku pelajaran bagian itulah yang paling nyampah. Aku yang lagi nonton langsung gigitin kuku. COBA ADA GURU KAYAK GITU DI SEKOLAH GUEEE

Todd Anderson dkk ngecek yearbook-nya Keating. Dia dulu anggota Dead Poets Society, organisasi rahasia dimana mereka semua duduk bareng-bareng dan membaca puisi. Akhirnya merekalah yang ngehidupin lagi perkumpulan itu.

Tapi konflik muncul ketika Neil main teater tanpa sepengetahuan bapaknya yang pengen dia jadi dokter. Knox galau abis-abisan gara-gara cewek yang dia taksir udah tunangan sama cowok lain. Todd nggak bisa bikin puisi. Charlie terancam dikeluarin dari sekolah karena organisasi mereka dikhianati. Tapi Dead Poets Society emang solid banget, saling mendukung meski ada masalah apapun. Terharu banget gasih nonton film ini.

Akibat nonton film itu... gue jadi males sekolah.

Iyalah! Di sekolah gue gurunya ada yang baek ada yang nggak *ohok* tapi ngga ada yang sebijaksana Keating. Dia tuh... gimana ya? Udah tau ngajar di Welton nggak enak karena sekolahnya ketat banget. Tapi dia tetep ngajar disana. Neil Perry (anggotanya DPS juga) pernah nanya ke dia, kenapa dia pengen ngajar di sini? "Because I love teaching."

Banyak puisi-puisi bagus yang dikutip di sini, kayak karangannya Walt Whitman, Robert Frost, dan Alfred Tennyson. Yang pasti puisi mereka menggetarkan hati banget. mentang-mentang filmnya tentang puisi bahasanya jadi ribet

Film ini udah dari tahun 1989 tapi kita tetep bisa relate sama keadaan yang sekarang. Sama aja sih, kayak masalah percintaannya Knox, terus anak-anak yang sembunyi-sembunyi ngerokok waktu perkumpulan *OHOK*. Perbedaan yang paling keliatan sih ada di gaya fashion, pita rambut yang dipake jadi bando, rambut bob, mantel bulu, dan kardigan sesiku (atau apaan deh kelihatannya sih kayak gitu). Dan sekolahannya! Keren banget pemandangannya. Danau yang jadi tempat nongkrong burung-burung, terus kalo pagi burung-burungnya pada migrasi. Terus ada hutan dan gua Indian yang jadi tempat pertemuannya DPS. Sayang sekolahnya nggak setua Hogwarts. Nggak ada dinding batu atau tangga yang bisa gerak *plak*.

Tokoh favorit di film ini, MR. KEATING. Pasti. Karena dia bijaksana banget. Kalo di Harry Potter, dia itu jadi Remus Lupin. Bener-bener menginspirasi  anak-anaknya untuk berpikir bebas, nggak kaku, nggak terikat pada buku cetak. Untuk menjelajah dunia, dan supaya kita terus melihat dunia dalam sudut pandang yang nggak biasa. Carpe diem! Guru yang hebat banget lah. Speechless.

Robin Williams, as usual. Selalu memerankan tokoh-tokoh yang nggak biasa. You've done it again!


John Keating / Robin Williams, dicomot dari Tumblr.

Tokoh favorit kedua... Charlie Dalton. A.k.a Nuwanda. Nggak tau dari dulu karakter film yang gue sukain itu yang badass tapi protagonis. Lagaknya sotoy gitu sih, tapi keren HAHA. Diantara anak-anak DPS, dia yang paling berani bertindak duluan, nekat, berandalan, dan ngomongnya sarkastis banget. Emang sih ceweknya banyak tapi bodoamat lah. Tipe karakter kayak gitu paling disukain kayaknya dimana-mana.

Dan Gale Hansen itu gantengnya dewa. Tapi dulu dia main film itu pas umur belasan akhir kali ya. Filmnya rilis tahun 1989. Masa iya gue doyan sama om-om. FML.

Kumpulan GIF Charlie Dalton / Gale Hanson colongan dari Tumblr.


Film ini sukses bikin gue ketawa dan nangis penuh emosi *ceelah bahasanya*. Awardsnya banyak loh. Menang 14 dari 17! Dapet Oscar juga.

Nonton ya? Ya? Ya? Kalau udah nonton, menurut kalian film ini kayak gimana?

5.11.2012

Ripiu: Beastly, Alex Flinn.

"Surface beauty: blond hair, blue eyes, is always easy to recognize. But if someone is braver, stronger, smarter, that's harder to see." -Kendra Hilferty (Beastly by Alex Flinn)

Beastly by Alex Flinn.


Beastly itu salah satu dari berjuta-juta remake-nya cerita Beauty and the Beast. Ceritanya klasik banget. Kyle Kingsbury, anaknya news anchor kaya yang terkenal di New York. Karena hidupnya yang sempurna: tajir, ganteng, populer, dan berpengaruh, dia jadi sombong. Sikapnya bikin Kendra, penyihir remaja yang ceritanya masih 'magang', menyihir Kyle jadi ... beast. bahasa Indonesianya apaan sih-.-

Kyle bisa terbebas dari kutukan itu kalau dia ketemu cewek yang mau mencintai dia apa adanya. Susah juga kan, seumur hidup dia dideketin cewek cuma karena tampak luarnya. Bapaknya sendiri frustrasi garagara anaknya berubah jadi jelek, Kyle diasingkan ke rumah mewah ayahnya di Brooklyn. Bersama pelayan yang patuh dan tutor butanya, Kyle belajar untuk menghargai suatu hal nggak cuma dari harganya, dan mengenal orang nggak cuma dari penampilannya.

Tapi cewek yang bisa membebaskannya dari kutukan ini... hanya dia...

Secara deskripsi, ceritanya bagus dan Alex bener-bener bisa mengadaptasi cerita Beauty and the Beast ke setting modern. Bukunya bagus, tapi nggak recommended banget buat yang mencari cerita yang 'baru'.Yang aku suka banget itu pesan moralnya. Untuk melihat sesuatu nggak cuma dari penampilan dan harga. Bersikap baik dan menghargai semua orang. Itu bagus banget.

Aku juga suka sama tokoh Lindy. Dia punya hidup yang berantakan tapi nggak menyurutkan semangat dia untuk menuntut ilmu. Dia menjadikan buku-buku itu pelarian, karena dia yakin dia bisa hidup bebas, suatu saat nanti. Bisa aja dia masuk universitas lewat jalur beasiswa karena rajin belajar. Apalagi kalo lagi belajar bareng, Kyle keliatan banget kalah dari Lindy.

Selama Kyle lagi di pengasingan, satu-satunya hal yang bikin dia nggak bosen adalah berkebun dan buku-buku. Dia jarang banget baca buku sebelumnya. Salah satu buku yang dia baca, Hunchback of the Notre Dame. Ada filmnya juga kan, si Quasimodo yang tinggal di balik jam terus ada gipsi namanya Esmeralda. Dia baca buku itu karena situasi mereka agak mirip. Terisolasi dari dunia luar, nggak ada yang menginginkan mereka. Pesannya yang secara nggak langsung adalah, membaca. Read. Iqro. Karena melalui buku, kita bisa melakukan pelarian. Bebas. Atau kita bisa mengetahui orang atau tokoh cerita yang keadaannya sama kayak kita. Bikin kita ngerasa nggak sendirian.


Tapiii berhubung ini cerita Beauty and the Beast. Gatau kenapa sih tapi aku nggak terlalu suka cerita dengan ending 'happily ever after'. Itu tuh kayak habis selesai baca buku dan yang muncul di kepala lo adalah 'Cuma gitu doang?'

Jalan ceritanya juga udah ketebak banget. Serasa pulang ke rumah. Kenapa? Karena jalannya udah hafal. #PerumpamaanGagal

Tapi kenapa di mata Kyle Harry Potter kayaknya jelek banget -__- karena cerita ini pake POV Kyle, otomatis dia bisa ngeluarin isi pikirannya secara blak-blakan. Dress-nya Kendra waktu ke prom dideskripsikan sebagai dress yang bakal dipakai dalam film Harry Potter Goes to Prom. Mr. Anderson, orang yang ngebikin chatroom khusus buat forum diskusi makhluk-makhluk aneh disebut dengan "orang yang suka bikin Harry Potter fanfiction." Beneran deh. Apa sih yang salah sama nulis fanfiction Harry Potter?  *mojok dengan galau* 


Beastly the movie. Vanessa Hudgens, Alex Pettyfer.


Dan filmnya. Yaampun, filmnya. Pertama, beast yang dimaksud di bukunya itu kayak binatang nggak jelas yang berbulu dan jelek kayak Chewbacca-nya Star Wars, bukannya makhluk ganteng dengan tato dimana-mana. Terus, Vanessa Hudgens terlalu cantik buat jadi Lindy. Di bukunya Lindy itu cewek dengan gigi yang maju dan penampilannya nggak menarik. Penampilan mereka kayak perbandingan ikan bakar kecap sama durinyaaa

Tuhkan jadi pengen ikan bakar kecap aduh laper gawat nih

I'm done with my rants, though.

But Beastly is still a good book!