Pages

Tampilkan postingan dengan label resensi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label resensi. Tampilkan semua postingan

4.28.2012

Film liburan :D Sisterhood of the Traveling Pants

Besok hari Minggu, Seninnya udah masuk. Astagaaa liburnya tinggal dikit banget ternyata =..= padahal udah seminggu. Ga kerasa banget. Padahal semingguan ini aku ga ngapa-ngapain. Di rumah doang.

Kalo nonton TV akhirnya kalo ga nonton Castle (Castle season 4 udah tayang loohh :3) nonton film-film HBO. Di HBO biasanya suka ada banyak film lama yang pengen ditonton tapi lupa. Mana ngga ada iklan lagi...   

Terus aku nonton Sisterhood of the Travelling Pants. Iyaiya film lama sih tapi gue gapernah nonton, maklum kuper yaa. Lucu banget filmnya.

Sebenernya waktu itu ada janji jam setengah sembilan, garagara ada film ini jadinya dateng jam setengah 12 -..-


The Sisterhood of the Traveling Pants. Casts: America Ferrera, Blake Lively,  Amber Tablyn, Alexis Bledel. 


Jadi ada celana jeans yang secara ajaib muat sama empat orang sahabat ini, Lena, Tibby, Carmen, dan Bridget. Padahal aneh banget, si Lena kecil mungil begitu sementara Carmen kaya apaan tau. Akhirnya mereka mutusin untuk jadiin celana itu celana pengikat persahabatan atau apalah. 

Jadi selama liburan mereka ganti-gantian pakai celana itu. Padahal liburannya nggak bareng-bareng. Lena pergi ke Yunani ke rumah neneknya, Carmen ke rumah ayahnya di luar kota, Bridget ke kamp sepakbola di Meksiko, dan Tibby ngegaring sendirian di rumah sambil kerja di supermarket. Celana itu dikirim lewat pos gitu yaampun kenapa gue ketawa ya

Mereka ngalamin masalah sendiri-sendiri, misalnya Lena yang nggak dibolehin pacaran sama Kostas karena kakek mereka ada perseteruan bisnis iya kaya sinetron yah. Ayahnya Carmen jadi beda banget setelah pacaran sama orang lain. Bridget suka sama pelatih kampnya. Sementara Tibby direcokin sama anak gajelas waktu mau ngerjain film dokumenternya (bahasa Tibby: suckumentary). Tapi celana itu membawa keberuntungan buat mereka, dan semakin mempererat persahabatan mereka. All was well lah pokoknya.

Ada juga bukunya tapi belom baca. Mauuuuu

The Sisterhood of the Traveling Pants by Ann Brashares


Tapi aku suka banget sama film ini. Bangetbangetbanget. Sayang banget film ini ditayanginnya ngga sesering Princess Diaries atau Toy Story, yang aku sendiri udah mabok nonton film itu. Here is why:

  1. Sappy teary friendship films are the best.
  2. Pengen banget gasih punya persahabatan kaya mereka? Sayangnya ini kehidupan nyata. :/
  3. Gimana mereka berempat masih bisa bersahabat meskipun beda banget. Lena yang anteng dan paling diem banget. Carmen yang mengaku sebagai 'penulis' yang broken home (meskipun ngga keliatan nulis banget di film ini, imo). Bridget yang paling pede dan dianggap pemimpin oleh yang lain. Dan si Tibby yang gayanya rebel dan sarkastis tapi sebenernya baik. 
  4. Castsnya cantik-cantik bangettt
  5. Pesan moralnya bagus. Friends and family are number one, no matter what. 
Yang aku gasuka dari film ini:

  1. Bridget dapet cowoknya gampang banget kaya gaada perjuangan...
  2. Filmnya PHP banget. Iya kan? Semua orang pengen punya persahabatan kaya gini tapi ga selalu mungkin kan. Dapet cowok pas liburan itu cuma berhasil di teen-lit doang. Cari celana yang bisa muat bareng-bareng aja udah susah.
Recommended banget buat yang suka film-film hepi ending sama disney-disney-an. Apalagi kalo nontonnya sambil galau sendirian. Sambil ngemil apa ajalah yang penting enak. Sambil selimutan di kamar. Jangan lupa siapin tissue ya mhuehehehehe  

"It would be easy to say that the pants changed everything that summer. But looking back now I feel like our lives changed because they had to, and that the real magic of the pants was in bearing witness to all of this and in somehow holding us together when it felt like nothing would ever be the same again. Some things never would be But we know now that no matter how far we traveled on our own separate paths... Somehow we would always find out way back to each other. And with that, we could get through anything. To us. Who we were, and who we are. And who we'll be. To the pants. And the sisterhood. And this moment, and the rest of our lives. Together and apart. "

4.23.2012

Divergent: Review

Dear kakak-kakak kelas 9, happy UN. May the odds be in your favor tomorrow!

*orang UN apanya yang happy coba*

Sementara yang kelas 9 UN, kelas 7-8 libur haha

Rencananya buat ngabisin libur gue mau minjem Divergent dari temen gue #akucintagratisan. Tapi bukunya seru banget asdfghjkl paraahhh. Jadinya 3 hari abis. Lumayan loh, 487 halaman.

Emang bukunya tentang apaan deh?

Divergent by Veronica Roth.

"Becoming fearless isn't the point. That's impossible. It's learning how to control your fear, and how to be free from it, that's the point." -Four

Hmm pada suatu hari *tsaaaah* di Chicago versi dystopia, dimana masyarakat dibagi jadi 5 golongan (factions) Abnegation, golongan yang lebih mementingkan orang lain dibandingkan diri mereka. Amity, yang penuh perdamaian. Candor, golongannya orang-orang jujur. Dauntless buat para pemberani, dan Erudite menghargai ilmu pengetahuan. 

Golongan-golongan ini mengatur semuanya. Cara hidup mereka, cara bersosialisasi, pekerjaan, pakaian, pokoknya semuanya deh. Setiap golongan punya ciri khas sendiri.

Setiap tahun, anak-anak yang mencapai umur 16 dites untuk melihat di golongan mana sebenernya dia berada. Tapi mereka masih boleh memilih golongannya sendiri di Choosing Ceremony.

Si cewek ini, Beatrice Prior, bingung mau milih golongan mana. Di satu sisi, dia nggak mau meninggalkan keluarganya di Abnegation, dan dia seneng sama cara hidup Abnegation yang nggak egois dan harmonis satu sama lain. Di sisi lain, dia bosen di Abnegation karena bayangin aja, setiap hari kita harus pakai jubah warna abu-abu. Bahkan nggak boleh melihat bayangan di cermin maupun ngerayain ulangtahun, karena itu dianggap menyenangkan diri sendiri. 

Kita harus mikirin diri sendiri kan, sekali-sekali?

Tapi memilih nggak semudah itu. Karena tes itu mengatakan bahwa dia adalah seorang Divergent. Divergent apaan? Pokoknya Divergent adalah seseorang yang dianggap ancaman atau pemberontak buat para pemimpin golongan. Karena dalam diri mereka ada tiga kualitas Abnegation, Dauntless, dan Erudite yang sama rata.

Aaah pengen bocorin tapi gimana yaa ntar dimarahin ...

Dimulailah petualangan baru Beatrice (mulai sekarang dia dipanggil Tris) di golongan barunya dengan teman baru, Christina, Will, dan Al, dan training fisik dan mental yang berat. Oh, dan sama instruktur baru yang ganteng pula. *ohok Four ohok*. Dan untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Tris punya musuh dan saingan. Meskipun dia nggak nyadar, sebenarnya dia lagi dalam bahaya nyawa.

Diantara para golongan itu pun timbul perpecahan. Orang-orang Erudite menjelek-jelekkan Abnegation karena dianggap terlalu menguasai pemerintahan, dan terlalu kaku. Dan ada kemungkinan besar terjadinya perang antar golongan.

(dan sekarang bagian yang ngebosenin, pendapat gue. )

Divergent itu buku yang bagus banget. Kalau kita selesai baca buku biasa, kita cuma bakal bilang "Oh." atau "Keren banget ya bukunya." Tapi Divergent bikin kita mikir terus, mengira-ngira endingnya bakal kayak gimana, atau ada pertanyaan-pertanyaan lain yang masih nyangkut. Recommended banget buat yang suka novel kayak The Hunger Games.

Kekurangannya... maybe too much kissing?

Yah, ini novel dystopian, tapi kalau sistem golongan itu sendiri ada di kehidupan nyata, aku ga bakal setuju. Kenapa? Karena di dunia ini ada perbedaan, percaya atau nggak. Dan perbedaan-perbedaan itu nggak perlu dibedakan, dikotak-kotakkan, atau malah ditutupi. Dibiarin aja. Kayak prinsip bangsa ini juga kan, Bhinneka Tunggal Ika. Berbeda-beda tapi tetap satu jua. Karena justru perbedaan itu bikin hidup lebih berwarna. Buku ini juga memberi pesan bahwa keberanian dan kemanusiaan itu hal yang penting banget.

Dan hidup di golongan dimana semua orang sama, perilaku mereka sama, dan hidup kita diatur-atur itu nggak enak banget kayaknya. Dalam novel ini, si Four bilang kalau dia pengen jadi berani, peduli sama orang lain, baik, cerdas, dan jujur sekaligus. Sebenernya itu bisa aja di dunia kita sekarang. Dan mestinya harus bisa. 

Buku keduanya, Insurgent, bakal keluar tanggal 1 Mei!!   

Divergent & Insurgent. Mauuuu adflajkflafjk [x]


Veronica Roth, menurutku, meskipun ini buku pertamanya, tapi udah unggul banget. Dari mana dia dapet imajinasi seluas ini, mengubah kota Chicago jadi jungkir balik begini? Karakter Tris juga dalem banget. Punya banyak dilema, tapi berani dan rela mengorbankan diri demi orang lain. Mirip-mirip Harry Potter juga sih, tapi bedanya ini cewek. Veronica juga interaktif banget sama pembacanya, dia punya blog dan sering ngadain giveaway. Dia juga nambahin writing tips, factions quiz, playlist, dan catatan hal-hal yang bisa didiskusiin setelah membaca buku ini. 

Jadi baca yah, biar bisa didiskusiin bareng...

2.05.2012

The Hunger Games: ketika nyawa remaja dipertaruhkan.

iyaguetau judulnya lebay banget tapi bodoamat lah

HALOOOO. Sebulan kita nggak berjumpa. SEBULAAAANNN *meluk tembok*. Jadi nyesel sendiri buka Twitter-Tumblr melulu hahaha. Dan gue nggak akan lolos dengan alibi ‘sibuk belajar’, karena baru awal bulan dan nilai-nilai mulai menampakkan wajah aslinya disini. Tiga ulangan semuanya pas-pasan, ituuu nanggung banget. jawab bener satu soal lagi aja bisa dapet nilai KKM, 76 atau 78. 

/omg /omg /omg

Jadiii sebenernya gue pengen review buku atau ngegalau soal nilai sih?

Seperti yang gue janjikan (keliatannya ngga ada yang menunggu janji ini jadi kayaknya gue nyante ajah) bulan lalu, gue bakal ngereview The Hunger Games. Yuhuuu gue juga seneng banget :) buku ini kerennya banget-bangetan soalnya.

-

“May the odds be ever in your favour.”

The Hunger Games by Suzanne Collins... cover versi bagusnya.

Beberapa tahun yang akan datang, Amerika akan musnah, digantikan dengan berdirinya negara Panem. Panem terdiri dari 13 distrik termasuk Capitol, tapi distrik terakhir yang melakukan pemberontakan udah dihancurkan. Ancaman dari Capitol—kayak ibukota diktator yang kejem gitu—bahwa distrik manapun yang berusaha memberontak bakal berakhir seperti distrik 13. Sebagai peringatan, diadakan acara The Hunger Games itu, acara TV tidak berperikemanusiaan dimana dari setiap distrik akan mengundi masing-masing anak laki-laki dan perempuan umur 12-18 yang akan jadi tributes untuk mengikuti acara TV itu. Hanya untuk menegaskan bahwa nggak ada orang di dunia ini yang bisa melawan Capitol. Dua pilihan, menang (hadiahnya uang dan makanan yang banyak banget) atau mati.

Point of view-nya dari cewek 16 tahun super tangguh bernama Katniss Everdeen. Dia cuma hidup bertiga sama ibu dan adeknya, Primrose, dan menafkahi keluarganya dari berburu—sejak ayahnya meninggal karena kecelakaan galian dan ibunya jadi pendiam banget sejak saat itu. Tanpa pikir panjang dia ngegantiin Primrose yang terpilih jadi tribute. Kakak yang kurang baik apa sih dia. Coba bandingin sama gue dan apa yang gue lakukan terhadap adek gue.

Dalam Hunger Games, 24 peserta itu bakal dimasukkan ke suatu arena pertandingan berbentuk hutan yang luas banget. barang-barang yang diperluin buat bertahan hidup tersedia di satu lapangan. Arena perlombaan itu dikontrol oleh kelompok yang bernama Gamemakers, mereka bisa bikin apa aja, hujan badai (coba kalo hujan duit), predator serem-serem, maupun tembok api. Dan nggak ada aturan sama sekali sebenernya, lo boleh mengambil apa saja dan membunuh siapa saja, yang sebenernya emang inti dari perlombaan itu.

Nggak hanya soal survival aja. Muncul lagi Peeta Mellark, sesama tribute dari distrik 12, sosok dari masa lalunya. Muncul ide dari Haymitch, mentor distrik 12, supaya dibikin skenario cinta di antara mereka. Awalnya sih skenario lama-lama jadi gimana yaaaaa

Buku ini keren bangeett. Selain ide cerita yang lebih 'baru', nggak biasa dan nggak ngebosenin, tutur katanya enak banget. Nyata, gue jadi ngerasa ada di arena THG dan deg-degan sendiri waktu baca buku itu.

Meskipun kedengerannya barbar banget, tapi buku ini isinya nggak cuma bunuh-bunuhan doang. Lebih ke cara-cara bertahan hidupnya Katniss, dan perasaan emosionalnya dalem banget karena menggunakan sudut pandang orang pertama. Kangen rumah, Prim, dan plesbek-plesbek yang bikin mata berkaca-kaca. /no

THG membuka mata gue terhadap kekejaman yang dilakukan manusia. Kemiskinan yang masih banyak di Indonesia. Segala bentuk kekerasan dan pemaksaan bakal jadi 10 kali lebih menyedihkan kalo ada anak-anak di bawah umur yang terlibat di dalamnya. Anak itu mestinya dilindungi, bukannya diadu kayak ayam di arena buat saling membunuh cuma karena dendam masa lalu. Nggak cuma di fiksi doang—masih banyak di kota-kota besar anak-anak yang mestinya sekolah atau main malah ngamen dan minta-minta di jalanan, malah sampe ada yang ikut kerusuhan dan salah gaul juga. Dan bikin bersyukur juga meskipun keluarga gue nggak kaya-raya juga tapi alhamdulilah berkecukupan, nggak perlu hidup kayak Katniss yang harus berburu di hutan segala.

Tiga buku dalam trilogi THG ini: The Hunger Games, Catching Fire, dan Mockingjay. Pengen beli tapi mahal. Boleh pinjem gaaa? /please
Cover The Hunger Games versi Scholastic yang nggak banget 

Yang ini THG punya temen gue. Iya, sampulnya nggak banget. Pertama-tama gue pikir ini kayak buku pembunuhan yang serem-serem itu (iyasih emang pembunuhan, tapi beneran, ceritanya nggak seserem covernya sendiri). Kalo orang-orang nggak bilang buku itu bagus sih kayaknya gue nggak akan baca. Yep, people DO judge book from its cover. /hmm

Hihi sekian kakaakk. Sampai ketemu... gatau kapan kalo gue pengen ngeblog lagi. /bye

Dan abis ini pengen review Ranah 3 Warna! Yaayy!

1.06.2012

Tahun Baru... Buku Lama

Gimana tahun barunya, ceman-cemans? Tahun baru gue sih lumayan...

... lumayan ngenes. Dibandingkan temen-temen yang mungkin jalan-jalan keluar kota atau keluar negeri, gue cuma nginep di rumah Eyang. Apalagi waktu itu lagi demam, padahal lagi bakar-bakar udang sama ayam, guenya malah nggak enak makan... ngenes banget.

Yang paling nggak bisa ditoleransi dari liburan ini adalah, gue nggak jadi beli buku! sebenernya emang nggak ada rencana apa-apa sih -___- tapi tetep aja ngidam beberapa judul. Suddenly Supernatural 2 sama Gallagher Girls 1. Berharap dipinjemin The Hunger Games sama temen gue (tapi ngga dipinjemin), dan kalo kejatohan duit segepok waktu ngejemur kancut, pengen beli Perks of Being a Wallflower dan Heroes of Olympics. Mahaal bo. /shock

Tapi gue lumayan menemukan kesempatan dalam kesempitan haha. Setelah minjem kesana kemari dan ngorek-ngorek rak buku akhirnya dapet juga buku-buku ini. Nggak semuanya gue ngidamin sih, tapi lumayan buat ngisi liburan yang cuma, ulangi, CUMA, 2 minggu ini. gilaaaa tambahin dikit kek semingguu gitu?!

/floor /floor /floor

1. To Kill A Mockingbird by Harper Lee
To Kill a Mockingbird edisi Indonesia (Gold edition) sumber
“Keberanian adalah saat kau tahu kau akan kalah sebelum memulai, tetapi kau tetap memulai dan kau merampungkannya, apapun yang terjadi.”

Gue pinjem dari temen gue seminggu sebelum liburan, jadinya buku itu nginep di rumah gue tiga minggu ._. maap yah qaqa. Buku klasik banget, yang ngarang aja udah tua banget, meninggal malahan. Itu ceritanya suasana kota Maycomb, Alabama, tahun 1930-an waktu masih ada budak dan perbedaan rasis warna kulit. Jem dan Scout Finch itu kakak beradik biasa, tapi hidup mereka berubah setelah bapaknya yang pengacara, membela seorang kulit hitam.

Pengen banget gue jadi anak-anak kayak Scout pas kecilnya gelantungan di pohon, main ke tante rumah sebelah, masa kecil bahagia banget huwehehe. Bandingin sama gue sekarang *mukangenes* dan Atticus itu sosok bapak yang sempurna dan heroik banget. Buku ini bikin gue tambah prihatin sama perbudakan dan budaya rasis jaman dulu, untung sekarang udah dihapuskan. Jempol buat Ms. Lee!

2. Manusia Setengah Salmon by Raditya Dika
Manusia Setengah Salmon... kenapa sampe mangap gitu ngeliat gue lewat ._.  sumber
“Hidup penuh dengan ketidakpastian, tapi perpindahan adalah suatu hal yang pasti.”

Haaaa buku ini awalnya pengen gue beli juga sih tapi waktu itu gue beli majalah Hai yang ada KK nya :p jadi minjem aja. Kayak buku-buku Radit yang dulu-dulu, buku ini banyak curhat tentang pengalaman pribadi. Kali ini tentang perpindahan—yang paling banyak itu pindah hati dan pindah rumah. Terus pindah sopir, dan pindah-pindah yang lain. Di antara bab-bab itu banyak jokes yang bikin sakit perut, bikin gue udah 32 kali bolak-balik ke UGD. Buku ini bikin galau: dikit-dikit sedih, dikit-dikit terharu. Diiringi dengan tatapan terharu dari ibu gue, menyaksikan gue ketawa-tawa sendirian.

Buku ini nggak selucu yang dulu-dulu. Karena tujuannya bukan cuma lawak doang, tapi sedikit... ehm... bijaksana. Ada sih bagian yang lucu, tapi selebihnya mengajari kita kalo hidup itu selalu berpindah-pindah, dan cara mengatasinya? Nikmatilah perpindahan itu. Tapi jujur ada beberapa bab yang menurut gue nggak ada embel-embel ‘pindah’nya. Tapi buku ini emang asli keren sih. Jempool!

3. Harry Potter and the Orde of Phoenix by J.K. Rowling
Harry Potter and the Order of Phoenix terbitan Gramedia sumber
1200 halaman. HAHA gila gabakal selesai dua minggu juga kali. Buku ini gue punya udah lama banget dari kelas 3 atau 4, jilidannya udah banyak yang lepas gitu haha.

Dalam serial Harry Potter, ketegangan mulai naik dalam buku ini. Harry dkk udah nggak kecil lagi, udah harus menghadapi kenyataan bahwa tuan pesek telah kembali, dan orang-orang nggak mau percaya. Hidup nggak kayak dulu lagi. Tiba-tiba dia harus menghadiri sidang Kementerian Sihir (Fudge rese banget  sumpah), Dumbledore bersikap dingin sama dia, terus tinggal di markas besar Orde of Phoenix, organisasi lama yang sekarang bangkit kembali. Apakah dia cuma duduk-duduk diem memandang kancut kering di jemuran saja? Nggak dong, bahkan dia membangun gerakan pemberontakan sama anak-anak Hogwarts terhadap Kementerian yang semuanya menganggap dia sedeng.

Film-film Harry Potter emang udah selesai, tapi apakah itu berarti gue harus udahan baca bukunya? Nggak. Justru dengan membaca lagi bukunya gue jadi mengingat momen-momen yang terlupakan, dan bagian-bagian yang terlewatkan. Baca buku ini lagi bikin gue inget betapa kerennya Harry Potter (masih), masa-masa kejayaannya, dan bagian mana pas gue nangis dulu. we’ll always stay with you, Harry, until the end!

4. Dog’s Love by Iwok Abqary
Dog's Love by Iwok Abqary sumber
Ceritanya tentang orang yang bisa ngomong sama anjing. Kalo cuma sampe gitu doang kayaknya nggak ada yang bakal tertarik buat beli buku ini -___- jadi gara-gara jatoh dari tangga, Dido jadi bisa ngomong sama anjing di kosannya, Bleki. Tapi masalah jadi runyam! Selain dibawa ke psikolog sama bapaknya, persahabatannya sama Bayu terancam, begitu juga hubungannya dengan gebetannya, Wita!

Buku ini emang kocak banget. Deskripsinya, metaforanya, aduh sumpah bikin sakit perut banget. kedengerannya ceritanya biasa sih, cowok yang naksir sama cewek terus bisa ngomong sama anjing, dsb dsb. tapi karena tutur katanya yang super kancut (?) terus settingan tempatnya; sebuah kosan kumuh di Bandung dan sifat karakternya yang aneh-aneh, cerita ini jadi ngga biasa. Kocak gila!

5. KaWanku nomor 115
Taylor Swift di KaWanku no. 115 sumber
W gue baru beli kemaren. Sampulnya Taylor Swift dan ada artikel khusus Tayornya aheeee. Tapi tautau sampulnya lecek aja garagara kena air pas nonton GDD 2. Parah banget. jilidannya lepas terus lembab, bengkok-bengkok, dan sedikit robek. *ngikutin kata-katanya om Alit: it’s so kamfret, you know?* Faktanya gue punya banyak majalah. Dan banyak juga yang rusak kena aer. Tapi nggak ada yang kena aernya separah majalah gue ituuuu *nangis bombay *full curcol

/no /no /no

Hmm oke mungkin tahun baru gue nggak sesuram itu. Gue cuma butuh bersyukur aja.

Tapi teteeeuup. Senen depan gue udah masuk lagi (dengan jadwal pelajaran yang baru!!! Nggak bisa aja liat orang lain seneng dah). Waktu berlalu cepet banget kalo udah ketemu internet—baru bentar aja udah ngelanggar resolusi -___- tapi gue masih pengen libuuur mamiii. Bye.



8.17.2011

Alice has grown up ...

Kemaren aku nonton Alice in Wonderland lagi, mumpung wiken. Udah yang kesekian kalinya. Meskipun cuma DVD bajakan tapi tetep keren #eh. Udah lama sih filmnya, tapi masih pengen diripiu :D stay tune!

“Down with the bloody redhead!” –Mad Hatter

Siapa yang gak kenal si Alice yang nyasar melulu kayak Dora ini sih? Kisahnya yang legendaris diawali dari bukunya Lewis Carrol ini dibikin dua versi, Alice in Wonderland sama Alice Through the Looking Glass (udah baca yang Wonderland, tapi maaf bukunya rada ngebosenin, soalnya bertele-tele banget) ini kemudian diangkat ke dalam versi kartun, yang udah jadi trademark si Alice berambut pirang dan pinafore biru-putih. Ada juga film orangnya yang Alice Through the Looking Glass, cuma lupa itu yang mana.

Alice kartun


Kalau Alice yang ini dibikin sama Tim Burton (iya saya demen banget filmnya Tim Burton, bagus-bagus sih), ceritanya agak lain. Settingnya 13 tahun sesudah cerita klasiknya. Dia udah lupa sama kejadian di Wonderland itu, tapi masih sering bermimpi tentang itu. Alice jadi gampang teralihkan perhatiannya sejak kejadian itu. Dia juga masih percaya sama hal-hal mustahil yang ditemuinya di Wonderland, dan daya imajinasinya yang tinggi bikin dia dibilang anak aneh.

Di film ini ceritanya ibunya adalah bangsawan, yang menjodohkan dia sama anaknya teman bisnis almarhum bapaknya (hayoloh bingung XP). Tapi dia justru kabur dari acara tunangannya sendiri demi mengikuti White Rabbit yang muncul di pesta tunangannya. Masih inget kan White Rabbit yang juga ada di versi kartunnya Alice? Si Alice ini ngikutin si kelinci terus, sampai-sampai dia masuk ke lubang. Cara dia masuk ke Wonderland-nya juga sama dengan yang di buku, minum ramuan penyusut dan kue yang kayaknya kebanyakan baking powder.

Akhirnya Alice kembali ke tempat yang selama ini dia kira cuma ada di mimpinya. Dia ditakdirkan untuk membunuh Jabberwocky, naga milik Red Queen yang punya slogan “Off with his head!” ini. Tapi makhluk-makhluk Wonderland masih memperdebatkan apakah dia Alice yang asli atau nggak. Alice pun masih bingung sendiri itu mimpi atau nyata, kalau itu mimpi kok dicubit-cubit dia nggak bangun, kalaupun itu nyata it’s too weird to be true.

Dia ketemu lagi sama Mad Hatter, teman minum teh lamanya. Aku paling suka adegan minum teh, seru ehehe. Dan temen-temennya Hatter juga gila-gila kayak Mad Rabbit dan Dorm Mouse. Seru kali ya punya temen kayak Hatter.


Nonton ceritanya Alice jadi berkaca sama kehidupan sendiri. Jadi Alice itu nggak pernah melaksanakan kemauannya sendiri. Sejak lahir, dia udah dijodohkan sama Hamish, anak temen bisnis papanya, yang aneh dan punya masalah pencernaan. Biasanya kan bangsawan Inggris nggak bisa nolak kalau udah dijodohin, demi kehormatan keluarganya. Waktu dia masuk ke lubang Wonderland, semua orang punya memperdebatkan Alice itu yang sama atau nggak dengan yang mengunjungi Wonderland 13 tahun lalu. Sementara Alice bingung dan nggak tahu apa yang terjadi.

Semua orang mengharapkan Alice membunuh Jabberwocky, karena sudah ditakdirkan begitu. Alice-nya bingung dong, seumur hidup gak pernah motong ayam, apalagi membunuh naga. Semua orang menganggap diri mereka paling tahu jalan terbaik buat Alice, tanpa nanya orangnya sendiri. Di waktu dia mesti pergi ke istana White Queen, dia ngeyel demi menyelamatkan Mad Hatter. Ini mimpinya dia kok, kenapa orang lain jadi malah yang ngatur-ngatur?

Ujung-ujungnya Alice rela membunuh Jabberwocky karena teror Red Queen emang udah parah banget. Tapi itu murni karena kemauannya Alice sendiri. Bahkan White Queen pun bilang “Don’t live to please others.”

Menurutku boleh aja sih melakukan keinginan orang lain sekali-kali, tapi jangan lupakan diri sendiri.

Masih terharu dengan caranya Alice mengorbankan diri ke Red Queen demi menyelamatkan Mad Hatter. Setia kawan banget :”)

Satu lagi yang aku suka dari film ini, kostum dan pemainnya. 
di pesta tunangannya
 
begitu masuk Wonderland

kiri: waktu di istana Red Queen kanan: di tea party-nya Mad Hatter
terakhir ... waktu dia akhirnya meneruskan bisnis ayahnya keliling dunia

Di sepanjang cerita karena Alice membesar dan mengecil melulu, bajunya selalu ganti-ganti. Lucu-lucu banget. Jempol buat desainernya, Colleen Atwood. Coba kalo boleh dibawa pulang satu. Mauuu :3

Pemainnya juga keren-keren. Aku suka aktingnya Johnny Depp jadi Mad Hatter. He is completely mad!! Helena Bonham Carter juga keren. Setelah jadi teror kedua setelah Voldemort bagi umat-umat sihir, aktingnya sebagai ratu yang nyebelin banget, animal abuser, tapi tetep memberikan kesan kocak, sukses banget deh pokoknya.

Ciao. Puasanya yang lancar yah~